Tabera merupakan tempat dimana bangkitlah murka Tuhan sehingga api Tuhan menyala diantara bangsa Israel dan merajalela di tepi perkemahan mereka. Tabera merupakan peringatan, bukan hanya kepada bangsa Israel saja, tetapi juga bagi setiap kita yang telah menyatakan diri sebagai milik Kristus. Setiap kita yang telah percaya kepada Tuhan, maka kita harus menaruh percaya itu 100% kepada-Nya. Ketika nilai kepercayaan itu berkurang, maka akan timbul persunggutan, tawar hati, kekecewaan, keterpaksaan dalam melakukan kehendak Allah, setengah hati dalam melakukan segala sesuatu, dan lain sebagainya. Memang kecenderungan manusia ialah lebih menyukai hal-hal yang mendatangkan kenyamanan, ketika mereka tidak perlu bergumul akan segala sesuatu yang mereka perlukan, atau secara tidak langsung menyatakan diri bahwa manusia bisa hidup, menikmati hidup dan melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan. Namun hal ini jelas adalah salah.
Di dalam Bilangan 11:1-3, dikatakan bahwa api Tuhan itu menyala ketika bangsa Israel mulai bersunggut-sunggut tentang nasib buruk mereka. Mereka menganggap bahwa mengikut Tuhan merupakan suatu nasib buruk bagi mereka sebab segala sesuatu tidak seperti yang mereka harapkan, tidak seindah ekspektasi mereka. Tentu mereka akan mulai membanding-bandingkan keadaan mereka sebelumnya (ketika di Mesir) dengan keadaan mereka sekarang ketika mengikuti tuntunan Tuhan menuju tanah perjanjian (Kanaan). Tidak hanya bangsa Israel, bahkan kehidupan kita dimasa-masa sekarang ini pun juga demikian. Berapa banyak dari kita yang pada akhirnya mengundurkan diri dari Tuhan karena merasa tidak sanggup mengikuti aturan-aturan dan ketetapan Tuhan? Berapa banyak dari kita yang lebih memilih kenyamanan hidup dibandingkan menjadi pengikut Kristus yang setia? Padahal setiap hal yang Tuhan ijinkan untuk kita alami adalah hal baik untuk memurnikan motivasi kita mengikut Tuhan, untuk mendidik kita sehingga kita boleh memiliki mental pemenang, menjadi pemenang yang sesungguhnya dan bukan anak-anak gampangan.
Peristiwa yang terjadi di Tabera ini tidak hanya terjadi pada saat itu saja. Jika kita membaca kisah perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian Kanaan, peristiwa-peristiwa serupa yang mendukakan hati Tuhan sering dilakukan oleh bangsa ini, sehingga dikatakan sebagai bangsa yang tegar tengkuk (Ulangan 9:22-24).
Saudara, jika kita renungkan dengan seksama ayat tema bulan ini yang terambil dari Bilangan 11:1-3, ketika bangsa Israel mulai bersunggut-sunggut dan membangkitkan murka Tuhan yang dinyatakan melalui api Tuhan, bangsa Israel lalu berteriak kepada Musa sehingga Musa berdoa kepada Tuhan untuk memadamkan api-Nya (ay. 2). Pada saat itu Musa bertindak sebagai penegah antara Allah dan bangsa Israel, sekarang penengah itu ialah Yesus Kristus sebagai perantara kita dengan Allah. Kita sebagai pengikut Kristus diberikan Roh Kudus sehingga kita memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Ketika kita telah memperoleh kebenaran lalu dengan sengaja kita berbuat dosa, maka tidak ada lagi korban penghapusan dosa seperti yang dilakukan di Perjanjian Lama, yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibr. 10:26-27). Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam hidup. Seperti yang dikatakan firman Tuhan, hiduplah dalam kewaspadaan dan berjaga-jaga senantiasa sehingga kita tidak didapati cacat dan bercela di hadapan Tuhan (Ibrani 3:12-13, Lukas 21:36).
Di dalam Ibrani 12:28-29, Tuhan mau agar kita senantiasa mengucap syukur kepada-Nya dalam segala hal menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Jika saat ini kita diijinkan untuk hidup berkecukupan, bersyukurlah! Jika saat ini kita diijinkan untuk hidup pas-pasan dan memaksa kita secara tidak langsung harus mengelola setiap berkat Tuhan dengan bijak sehingga kita tidak mengalami kekurangan, tetap bersyukurlah! Mintalah kepada Tuhan untuk membantu kita melihat hal-hal baik di dalam setiap keadaan yang Tuhan ijinkan untuk kita alami.
Jadi saudara, berhati-hatilah ketika kita mulai bersunggut-sunggut dan membanding-bandingkan keadaan kita, terlebih lagi ketika kita mulai mundur dari hadapan Allah dan sujud menyembah allah lain, sebab Tuhan Allah kita adalah Allah yang cemburu dan api yang menghanguskan (Ulangan 4:23-24).
- Pdt. Ade Manuhutu -
"Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan. Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan Musa berdoa kepada Tuhan; maka padamlah api itu. Sebab itu, orang menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka."
Bilangan 11 : 1-3