Shalom umat kesukaan Allah, salam sejahtera.
Dibulan terakhir sebagai penghujung tahun 2019 ini kita mendapatkan suatu tema special yang juga menjadi tema besar untuk tahun 2020, yaitu “UNTUK APA KAMU HDUP?”
Sebuah pertanyaan sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam. Berapa banyak dari kita yang bahkan tidak mengerti untuk apa ia diciptakan sehingga ia menjalani hari-harinya hanya berdasarkan keinginan hatinya sendiri atau lebih parahnya lagi menjalani hari-harinya dengan tidak bersemangat untuk menunggu waktunya di dunia ini selesai.
Setiap kita diberikan kapasitas waktu yang berbeda-beda untuk hidup di dunia ini. Oleh karena itu kita haruslah mempergunakannya sebaik-baik mungkin, sebab apa yang kita lakukan di dunia inilah yang akan menentukan kekekalan yang akan kita terima. Kita juga haruslah mengerti dengan jelas, untuk apa kita ada di dunia ini, untuk apa kita diciptakan oleh Pencipta kita serta tujuan apa yang harus kita capai di dalam kehidupan ini. Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus, tentu tujuan hidup kita yang utama ialah menyukakan hati Tuhan melalui hidup yang berkenan kepada-Nya sehingga kita akan memperoleh mahkota dan kehidupan kekal ketika waktu kita sudah selesai di dunia ini.
Namun, manusia dalam hari-hari ini sangatlah sulit untuk menyukakan hati Tuhan. Seperti dalam ayat tema kita yang terambil dari Galatia 1:10 berkata: “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”. Dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari manusia cenderung melakukan segala sesuatu untuk menyukakan hati sesamanya atau menyukakan dirinya sendiri yang juga adalah manusia. Sangat jarang ditemukan seseorang yang memiliki hubungan karib dengan Tuhan sehingga ketika ia ingin melakukan hal sekecil apapun ia akan bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Dalam hal sekecil apapun yang akan dilakukannya ia akan memikirkan bagaimana respon hati Tuhan terhadap tindakannya tersebut, apakah Tuhan akan senang atau akan sedih atau bahkan marah ketika tindakan itu dilakukannya. Dan yang lebih parahnya lagi ialah manusia itu sendiri tidak pernah tahu atau bahkan tidak mau tahu tentang apa yang menjadi kesukaan Tuhan.
Sesuai dengan tema tahunan yang Tuhan berikan bagi kita di tahun 2019, berkata bahwa kita adalah umat kesukaan Allah, dan di tahun 2020 Tuhan masih memberikan tema yang sama namun diikutii dengan sebuah pertanyaan sederhana, yaitu untuk apa kita hidup?
Tuhan mau agar setiap kita yang telah dipilih sebagai umat kesukaan Allah mengerti tujuan kita diciptakan dan hidup di dunia ini sehingga hidup kita boleh berdampak dan mendatangkan berkat serta kemuliaan Tuhan dinyatakan di dalam kehidupan kita. Bukan sebuah kebetulan kita diciptakan dan ada di dunia ini. Bukan sebuah kebetulan juga kita ada sebagimana kita ada sekarang, baik itu dalam keluarga, pekerjaan maupun pelayanan yang dipercayakan
Jadi saudara, untuk mengakhiri tahun 2019 ini dan memasuki tahun yang baru (tahun 2020), mari masing-masing kita kembali mengoreksi diri kita melalui beberapa pertanyaan sederhana ini: Sudahkah kita benar-benar menjadi umat kesukaan Allah? Sudahkah kita hidup berkenan kepada-Nya? Sudahkah kita hidup menyukakan hati-Nya? Sudahkah Allah disukakan melalui kehidupan kita setiap harinya? Sudahkah Kristus terpancar dalam kehidupan kita? Dan ketika waktu kita sudah selesai di dunia ini, sudahkah kita yakin bahwa nama kita akan masuk ke dalam daftar penghuni Kerajaan Allah?
Mari saudara, lakukanlah apa yang benar bukan apa yang baik. Sebab segala sesuatu yang baik belum tentu benar di hadapan Allah, sedangkan segala sesuatu yang benar pasti akan mendatangkan kebaikan. Selamat mengakhiri tahun 2019 dan tetap antusias dalam menyambut tahun 2020, Tuhan memberkati.
- Pdt. Ade Manuhutu -
“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”
Galatia 1 : 10