IMAN YANG BERTAHAN

Written on 10/01/2020
GBI Bukit Kalvari


Jemaat Tuhan yang terkasih, hal utama dalam kehidupan kekristenan ialah IMAN. Iman merupakan dasar bagi setiap kita orang percaya untuk dapat diselamatkan. Dengan iman kita dapat melakukan banyak hal. Dengan iman kita dapat bersukacita ditengah persoalan hidup. Dengan iman pula kita dapat terbebaskan dari rasa kuatir. Iman merupakan hal sederhana dan paling mendasar dalam kehidupan orang percaya. Namun, untuk menumbuhkan iman di dalam diri kita masing-masing bukanlah suatu hal yang mudah, karena seperti yang kita ketahui pendirian manusia suka berubah-ubah, hari ini ia dapat berkata ‘A’ namun dikemudian hari ia menjadi kuatir dan kemudian berkata ‘B’. Oleh sebab itu, perkara mempertahankan iman merupakan suatu ujian terberat bagi umat manusia mengingat sebagai manusia kita masih terus diliputi oleh keinginan-keinginan daging (duniawi). Akan tetapi bukan berarti hal ini tidak mungkin untuk dilakukan.

Dalam ayat yang menjadi tema kita bulan ini yang terambil dari Yakobus 5:11, kita diberikan teladan Ayub sebagai contoh manusia yang bertahan imannya. Di tengah pergumulan yang ia alami, ia tetap bertahan pada iman percayanya akan Allah. Ia tetap memandang Allah sebagai Allah yang benar, Allah yang setia, Allah yang tak pernah meninggalkannya, Allah yang penuh kasih, Allah yang penuh kuasa, Allah yang ajaib dan tak tertandingi kuasa-Nya dulu, sekarang dan selamanya. Ketika harta kekayaannya (lembu, sapi, keledai, kambing, domba, dan seluruh ternak kepunyaannya) bahkan anak-anaknya pun semuanya habis lenyap dalam waktu bersamaan (lihat Ayub 1:13-19), namun Ayub tetap dalam iman percayanya pada Allah. Ia tidak lari menjauh dan pergi meninggalkan Allah, sebaliknya ia sujud menyembah dan menghampiri Allah (Ayub 1:20-22).

Tidak hanya itu, karena karakter-karakter Ayub yang saleh, jujur, takut akan Allah serta menjauhi kejahatan, ia pun dicobai dengan sakit badani (penyakit kulit) hingga tak seorangpun yang dapat mengenalinya bahkan sahabat-sahabat terdekatnya sekalipun. Dalam keadaan seperti ini, Ayub tetap memuliakan Allah sekalipun satu-satunya orang terdekat yang ia punyai saat itu (isterinya) menyuruhnya untuk mengutuki Allah dan mati, namun Ayub tetap bertahan dalam imannya akan Allah. Ia tetap mau menikmati suka dan duka bersama-sama dengan Allah. (lihat Ayub 2:9-10)

Dalam keadaan sakit, menderita fisik maupun mental, ia tetap bertahan pada iman yang ia miliki pada Allah. Sekalipun ada kesempatan baginya untuk marah dan meninggalkan Tuhan, tapi ia tidak menggunakan keadaan tersebut untuk berbalik dari Allah. Sebaliknya, ia malah mendekatkan dirinya lebih lagi kepada Allah. Ia semakin mencari perkenanan Tuhan atasnya. Ia semakin rindu berjumpa dengan Tuhan dalam doa-doanya. Sehingga pada akhirnya Allah pun memulihkannya dan memberkatinya lebih darpada hidupnya yang dahulu. (lihat Ayub 42:10-17)

Jemaat Tuhan yang terkasih, kisah hidup Ayub merupakan suatu teladan iman yang patut kita teladani. Jika penderitaan menghampiri kita, ingatlah akan kisah Ayub ini. Tanyakan pertanyaan ini ketika kita mengalami penderitaan dan pergumulan hidup: “Apakah penderitaan dan pergumulan kita sudah sama atau bahkan melebihi penderitaan dan pergumulan Ayub?” Jika apa yang kita alami tidak sedahsyat yang dialami Ayub, maka tidak ada alasan bagi kita untuk mundur dalam iman kita akan Allah. Artinya kita harus lebih giat lagi bertahan dalam iman kita akan Allah. Karena mengikut Allah bukan hanya berbicara tentang hal-hal yang baik, melainkan juga berbicara tentang hal-hal buruk yang akan kita alami. Akan tetapi, dalam segala hal yang kita alami, Allah tetaplah Allah yang setia dan penuh kuasa, Allah adalah Allah yang hidup dan tak pernah meninggalkan kita. Oleh sebab itu, bersabarlah (Yak. 5:7), teguhkan hatimu (Yak. 5:8), janganlah bersungut-sungut dan saling mempersalahkan (Yak. 5:9), karena kita semua telah tahu apa yang akhirnya disediakan Tuhan bagi setiap kita yang bertekun dan bertahan imannya (Yak. 5:11).

- Pdt. Ade Manuhutu -

 

"Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."

Yakobus 5 : 11